Tuesday, November 15, 2011

Etika Sederhana Untuk Semua

ETIKA SEDERHANA UNTUK SEMUA
BAB I


PERKENALAN PERTAMA
                                                                                          
Inilah kunci peradaban manusia. Peradaban adalah hasil proses transformasi dan adapatasi. Manusia adalah mahluk yang bertanya.
            Ilmu selalu berusaha mencari dan merumuskan hukum – hukum yang berlaku yang ada di balik peristiwa – peristiwa atau kenyataan kenyataan tertentu. Manusia menyadari bahwa akalnya tidak selalu berhasil menyingkap semua rahasia dan menjawab semua pertanyaan. Manusia membutuhkan 2 hal yaitu, akal dan iman. Akal dan ilmu ada dalam batas kemampuan manusiawinya. Ketika ilmu belum berkembang, agama menjawab. Sebab itu, ketika melihat ilmu semakin berkembang peranan agama seolah olah semakin berkurang.
            Kesadaran etis merupakan bagian yang intrinsic di dalam haekakt kemansiaan. Keasadaran etis adalah kesadaran tentang norma – norma yang ada dalam diri manusia. Norma- norma inilah yang mengendalikan tingkah laku manusia. Kesadaran etis belum dapat disebut etika/. Etika selalu merupakan tidnakan yang sadara dan sengaja

            Etika adalah ilm u atau studi mengenai norma-norma yang mengatur tingkah laku manusia. Secara sederhana bahwa etika itu, berbicara tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia, tentan gapa yang benar baik dan tepat. Etika membahas, menganalisa, dan kemudian merumuskan objek studinya itu secara rasional dan masuk akal. Ia menempuh prosedur dan memakai metode ilmiah, itulah sebabnya bahwa etika adalah ilmu.
            Pada hakekatnya etika mempunya makna yang sama dengan moral. Yang pertama berasal dari bahasa Yunani sedangkan yang belakangnya berasal dari bahasa Latin. Cicero menerjemahkan ethikos dengan moralis. Apa yang dikalangan protestan disebut . etika. Di kalangan Roma katholik disebut “disciplina moralis”.       
            Dengan mengatakan bahwa prinsip prinsip etis itu relatif bersifat langgeng dan universal, tidak berarti bahwa etika lalu merupakan ilmu yang statis. Sebaliknya yang benar. Etika adalah ilmu yang dinamis. Etika harus menjadi ilmu yang dinamis.





BAB 2


PERSOALAN KITA


            Keharusan etis adalah keharusan yang tidak kondisional. Ia harus begitu dalam kondisi apapun juga. Etika berbicara tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia. Tetapi tidak semua yang harus dilakukan oleh manusia adalah persoalan etika. Dalam etika ada sesuatu yang lebih dari sekedar kondisi atau kenyataan,yaitu makna kehidupan kita sebagai manusia.        


Deontologis
Cara berpikir deontologis, yaitu cara berpikir etis yang mendasarkan diri pada prinspi hukum, norma objektif yang dianggap harus berlaku mutlak dalam situasi dan kondisi apapun juga. Etika yang deontologis karenanya berbicara tentang apa yang benar dana apa yang salah. Cara berpkiri deontologis adalah cara melakukan penilaian etis yang meletakan hukum Allah sebagai satu satunya norma yang tidak dapat ditawar - tawar.




Teologis
            Teleos artinya tujuan. Cara berpikir teologis tidak mengacukan hukum. Ia tahu betul apa yang benar dan apa yang salah. Tapi itu bukan ukuran terakhir. Yang lebih penting adalah tujuan dan akibat. Cara berpikir etis yagn teleologis, oleh karenanya tidak berpikir menurut kategori benar dan salah. Tetapi, menurut kategori buruk dan jahat.
            Dua ukuran objektif untuk mengatakan suatu tindakan itu secara etis benar atau salah. Menurut Kant, “bertindaklah atas dalil bahwa apa yang anda lakukan itu dapat berlaku sebagai hukum yang bersifat universal.” Artinya, apa yang kita lakukan itu benar apabila dimanapun dan kapanpun apa yang kita lakukan adalah yang seharunsya dilakukan oleh siapapun. Yang kedua, apa yang benar adalah apabila anda memperlakukan manusai baik itu orang lain maupun diri sendiri, di dalam setiap hal sebagai tujuan dan bukan sekedar sebagai alat. Artinya, suatu tindakan sudah pasti salah apabila ia memperlakukan manusia sebagai objek bukan sebagai subjek.
           
Kontekstual
Etika yang kontekstual menuntut orang – orang yang bersangkutan harus mengambil keputusan sendiri apa yang paling bertanggung jawing dalam keadaan yang khusus itu. Etka yang baik adalah etika yang operasional. Etika yang menolong orang mengambil keputusan dalam situasi dan konteks tertentu.
Etika adalah ilmu yang dinamis karena harus berinteraksi dengna konteks ruang dan waktu. Fungsi etika adalah untuk  memberikan pegangan pada manusia mengenai apa yang seharusnya.
Ketiga cara berpikir itu buka untuk dipilih melainkan untuk dimanfaatkan ketiga - tiganya.setiap tindakan etis yang dapat dipertanggungjawabakan sebenarnya adalah ketiga-tiganya. Tidnakan itu harus sekaligus benar, baik, dan tepat. Jadi keputusan etis yang kita lakukan tidak pernah sempurna.


BAB 3


NILAI – NILAI ETIS


Tidak semua yang baik benar dan tepat mempunyai sangkut paut dengan etika. Sukses secara etis berarti sukses sebagai manusia. Baik secara etis, berarti selaras atau sesuai dengna hakekat manusiawi kita yang utuh dan penuh. Yang dipertaruhkan dalam setiap keputusan etis kita adalah tidak lebih dan tidak kurang seluruh makna kehidupan kita sebagai manusia. Etika menyangkut tidak lebih dan tidak kurang seluruh makna hidup kita sebagai manusia. Etika menyangkut tidak lebih dan tidak kurang seluruh filsafat hidup kita.






Filsafat hidup
Filsafat hidup seseorang menyangkut nilai nilai yang dianut leh seseorang dan menyangkut keyakinan seseorang. Etika adalah ilmu tentang nilai nilai itu. Etika menyangkut keyakinan tentang apa yang benar baik dan tepat.
            Nilai adalah sesuatu yang dijunjung tinggi yang mewarnai dna menjiwai tindakan sesoerang. Menurut, Steeman nilai adalah yang memberi makna kepada hidup yang memeberi kepada hidup ini titik tolak, isi dan tujuan.


Fungsional dan ideal
Nilai nilai yang fungsional adalah nilai nilai yang dikompromikan dengan keadaan. Persoalan etis adalah persoalan bagaimana meniti jalan diantara yang fungsional dan ideal itu. Kehidupan etis adalah pergumulan yang dinamis dan kreatif yang berjalan setiap saat terus menerus untuk menjembatani keduanya. Etik berbicara tentang nilai  nilai. Suatu tindakan dapat dikatan mempunyai nilai etis apabila ia selaras dan sesuai dengan apa yang kita artikan sebagai manusia yang utuh dan penuh itu. Artinya, mencerminkan hubungan yang seharusnya tentang sesesorang dengan suatu kelompok dengan dirinya, sesama, lingkungan dan Tuhan yang disembahnya. Secara singkat sbuah tindakan dapat dikatakan etis apabila ia berakal pada totalitas dari apa artinya menjadi manusia yang penuh itu.




BAB4


KESADARAN ETIS ITU BERUBAH


Kohlberg membagi jenjang kesadaran etis seseorang ke dalam tiga tahapan besar. Yang pertama, ialah tahapan moralitas pra konvensional. Yang kedua adalah tahapan konvensional. Yang ketiga, adalah tahapan moralitas purna konvensional. Setiap tahapan membagi dua jenjan gsehinga memperoleh 6 jenjang.


Moralitas pra konvensional: kekanak kanakan.
Hidup bermasyarakat adalah hidup yang diatur oleh kesepakatan kesepakatan umum mengenai apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan.


Jenjang pertama:
Kohlberg menamakan jenjang yang paling awal dan kesadaran etis seseorang sebagai kesadaran yang berorientasi kepada hukuman


Jenjang kedua,
Pada jenjang ini tindkan moral seseorang memang masih kekanak kanakan. Tetapi sudah lebih rasional . tidak terlalu mekanis dan membabi buta. Orang sudah mulai menghitung hitung dan memilih milih.


Moralitas konvensional:orang tua


Jenjang ketiga:
Jenjang ini jelaslah jelas terarah kepada bagaimana menyenangkan orang lain. Orang tidak lagi diperbudak oleh dirinya sendiri. Ia mulai bebas keluar. Tidak lagi diliputi oleh ketakutan - ketakutan. Yang ada adalah melakukan yang benar dan yang baik


Jenjang keempat:
Hukum objektif yang tidak hanya berlaku untuk satu- satu kelmpok saja tetapi hukum yang mempunyai keabsahan yang lebih luas. Hukum yang lebh berdimensi universal. Inilah orientasi dan moralitas pada jenajng keempat.


Moralitas purna konvensional:


Menurut kohlberg, jenjang keempat belumlah merupakan puncak perkembangan moral manusia. Moralitas purna konvensional artinya moralitas yang tidak tergantung terhadap faktor dari luar. Bukan orang lain atau kelompoklah yang mengambil keputusan mengenai apa yang boleh dana apa yang tidak boleh dilakukan.


Jenjang kelima;
Akal manusia mempunyai fungsi kritis yaitu menilai yang salah dan yang jahat. Akal manusia mempunyai pula fungsi kreatif yaitu , menciptakan yang lebih benar dan lebih baik. Pada jenjang kelima, akal mempunyai fungsi yang sentral.


Jenjang keenam:
Menurut kohlberg pada jenjang keenam inilah perkembangan pemikiran moral seseoran gmencapai puncaknya yaitu, moralitas yang pantang mengkhianati suara hati nurani dan keyakinan tentang apa yang benar dan yang baik. Orang orang yang mempunyai visi dan misi yang jelas mengenai kehidupan ini. Visi dan misi itu dalah demi tegaknya harkat dan martabat seluruh umat manusia.  Visi dan misi yang universal.


Dengan mengatakan bahwa puncak perkembagna moral seseorang adalah ketka individualitas, rasionalitas, dan universalitas seseorang itu berkembang sampai batasnya yang palign kahir, kita dapat meraba filsafat kohlberg yaitu pandangan semakin inidividual, semakin rasional dan semakin universal seseorang ia semakin manusiawi.


BAB V


ETIKA ITU PENJARA


Penjara sosial.
Edward stevens dalam bukunya yang menarik THE MORAL GAME mengatakan bahwa setiap orang telah termakan oleh propaganda masyarakat di mana mereka hidup. Tapi propaganda yang baik adalah yang diterima tanpa tahu itu adalah propaganda sebab itu, orang jarang menadari penjara sosialnya.
            Manusia mempunyai kemampuan dengan akalnya mengambil jarak terhadap masyrakat.


Penjara ekonomi.
Pengaruh kuasa ekonomi itu atas segi kehidupan manusia adalah Karl Marx. Dia mengatakan bahwa siapa yang menguasai ekomomi adalah menguasai manusia. Di dalam masyrakat ekonomi adalah struktur bawah yan gmemberi bentuk dan corak pada semua yang ada pada struktur atas. Olehkarena itu, ajaran agama, sistem politik, corak budaya bahkan struktur masyarakat, sebenarnya tak lain adalah pencermianan belaka dari sistem ekomomi yang ada dibaliknya.


Menurut Marx agama adalah alat legitimasi dari kelas ekomomi tertentu. Menurut Marx karena agama kristen telah dikuasai oleh kelas kapitalis dan borjuis. Ajaran kasih yang mula mula bersifat revolusioner sebab mengangkat harkat dan martabat kelas bawah telah berkembagn menjadi anti reolusioner sebab diartikan sebagai larangan untuk memberotak bagi golongan yang tertindas.


Douglas mengatakan bahwa masyarakat manusia itu pada hakekatnya dapat menjadi 4 tipe. Tipe – tipe itu tergantung dari struktur atau susunanya. Sususnan suatu masyarakat itu dapat dijelaskan bedasarkan faktor utama. Faktor pertama adalah faktor kelompok dan faktor yang kedua adalah faktor individu.
            Nilai –nilai etis seseorang ditentukan oleh tipe masyarakat dimana ia hidup. Tipe yang pertama adalah tipe masyarakat yang amat menonjolkan faktor kelompok. Kelompok adalah segala – galanya. Tanpa kelompok, individu tidak mempunyai arti apa –apa. Tipe yang kedua adalah yang sepenuhnya bertolak belakang dari tipe yang pertama. Tipe yang ketiga adalah tipe masyarakat dimana baik faktor kelompok maupun faktor individu sama – sama mendapat tekanan.
            Nilai – nilai etis yang terpenting di dalam tipe keempat ini adalah kesungguhan, otentisitas pribadi dan kejujuran pada diri sendiri. Dosa yang paling tercela adalah kemunafikan dan kewenang – wenangan terhadap orang lain.
            Secara teologis hidup ini memang penjara. Penjara adalah lambang keterbatasan manusia. Keterbatasan adalah ciri pokok kemakhlukan manusia.
            Tidak ada seorang pun yang dapat melepaskan diri sepenuhnya dari pengaruh masyarakat dimana ia hidup dan dibesarkan bahkan Yesus sendiri tidak.




BAB VI


ETIKA ADALAH PERAN


            Bebas. Penjara membuat kta merasa sumpek dan pengap. Panggung pertunjukan membawa rasa kebebasan. Etika penjara melihat hidup ini serius dan tak dapat diubah. Hidup yang keras dan berat.
Etika panggung pertunjukan sama sekali berbeda. Bila hidup ini digamabarkan sebagai penjara, ia memang akan merasa tidak berdaya. Seorang psikiater amerika, thomas szasz mengatakan, bahawa keberhasilan untuk mengatasi ketergantungan atau kecanduan atas sesuatu, amat tergantung kepada pandangan hidup orang bersangkutan. Bila ia melihat hidup ini sebagai penjara, ia akan gagal. Bilamia melihat hidup ini sebagai pilihan peran yang bebas, ada kemungkinan ia berhasil.
Memilih. Kebebasan bukanlah cita-cita. kebebasan adalah kenyataan yang ada pada setiap kita. Kebebasan itu bukanlah sebuah konsep abstrak yang ada di luar manusia. Ia merupakan kenyataan yang ada di dalam diri setiap orang. Kebebasan itu adalah tindakan manusia. Tindakan manusia adalah bentuk kebebasan manusia.
Tindakan kita.
 Tindakan itu berbicara lebih keras daripada kata-kata. Seorang dapat mengatakan bahwa ia adalah seorang kristen yang taat.
Singkatnya, menurut wheelis siapa kita tentukan oleh apa yang kita lakukan, bukan oleh yang dicita-citakan. Siapa kita sekarang ini adalah buah dari tindakan-tindakan yang kita ambil secara bebas pada waktu lalu.
Manusia bukan mesin. Tapi manusia adalah suatu organisme dengan susunan yang rumit tapi manusia adalah suatu organisme dnenga susunan yang rumit dan pelik. Satu bagian diubah, pengaruhnya akan terasa pada seluruh bagian.
Ini merupakan kelemahan manusia. Tapi sebenarnya juga kekuatannya. Manusia adalah sebuah totalitas.
Menurut Sartre, ada sebuah dimensi dalam kehidupan manusia, di mana seorang sekedar adalah objek permainan keadaan sekitarnya, tanpa dapat berbuat apa apa. Pada dirinya begitu Sartre, hidup manusia adalah suatu absurditas. Hidup manusia berawal tanpa makna dan akan berakhir pada ketiadaan. Dalam bahasa filsafat, orang menganggap bahwa manusia adalah esensi yang sudah jadi, esitentsinya tinggal mengikuti esensi yang telah ditetapkan. Oleh karena itu manusia adalah kebeasan, Allah tidak mungkin ada. Sebab bila Allah ada manusia tidak lagi bebas sepenuh penuhnya. Menurut Sartre, ini adalah karena manusia ingin melemparkan tanggung jawabnya dan beban kebebasannya terhadap sesuatu di luar dirinya.
Etika memang adalah masalah mengambil keputusan. Sikap etis adalah keberanian dan kesungguhan di dalam mengambi keputusan mengenai yang benar dan yang baik dan kesediaan untuk memikul seluruh resiko dari keputusan itu
.           Sartre benar ketika ia mengatakan bahwa banyak manusia cenderung untuk mengelakkan diri dari kebebasan itu. Seperti Yesus di taman getsemani harus mengambil keputusan apakah Ia tetap akan menempuh jalan salib atau melepaskannya.
            Pentingnya suatu pemahaman tentan dosa di dalam hakekat manusia, bahwa manusia adalah manusia yang berdosa. Ini membawa kita kepada pemahan yang realistis terhadap tindakan manusia. Oleh karena itu, yang hendak kita katakan adalah menolak pandangan bahwa iman kepada Allah berarti mengkhiananti kemanusiaan. Manusia adalah makhluk. Ia bukan pencipta. Kemanusiaan justru dipertaruhkan di dalam hubungan dengan sang penciptanya.


BAB 7


ETIKA ADALAH RASA


            Rasa. Ada orang yang membagi manusia menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah mereka yang lebih memakai rasio. Kelompok kedua adalah mereka yang lebih mengutamakan rasa. Kelompok yang pertama cenderung pada etika yang kognitif. Kelompok kedua terarah kepada etika yang emotik. Yang satu mengatakan segala sesuatu yang masuk akal.yang lain mengatakan percayailah perasaanmu. ”le coeur a ses raisons ne connait point” artinya hati mempunyai rasio nya sendiri, yang rasio tidak dapat mengerti.
            Kasih itu cukup. Inilah sikap etis yang menggemparkan yang pernah dikenalkan oleh Joseph Fletcher dengan apa yang disebut etika situasi. Bagi Sartre dan Fletcher tidak ada norma-norma etis yang bersifat objektif dan berlaku universal. Setiap keputusan etis selalu unik artinya tiodak pernah dan tidak mungkin diulang sebab setia keputusan etis harus diambil di dalam situasi tertentu. Tapi Fletcher menolak julukan antinomian untuk pemahan etikanya. Sebab ia mengakui bahwaada satu ( dan satu-satunya) hukum yang berlaku universal, yaitu hukum kasih.
            Kasih adalah nilai etis yang utama dan pokok, bahkan satu-satunya norma etis. Setipa tindakan, dan itu berarti tidnakan apapun, ang lahir dari kasih, adalah benar dan baik. Bahasa Yunani mempunyai tiga ungkappan untuk kasih, yang pertama adalah philia. Philia adalah kasih persahabatan. Yang kedua adalah eros. Eros adalah kasih asmara. Yang ketiga adalah agape. Agape adalah kasih yang sejati yang universal. kasih philia mengasihi, supaya memberi dan menerima. Kasih  eros kasih karena menerima romantis, sentimental, emosional. Bila philia mutualistis, sebab persahabatan seslalu bersfat timbal-balik, eros tidak.
Moralitas baru. Pandangan Jospeh Fletcher juga dikenal orang dengan sebutas moralitas baru. Kasih itulah yagn menuntut agar setiap situasi dihormati keunikannya. Yang ingin diketekekankan oleh Fletcher adalah bahwa setiap tindakan manusia hendaknya selalu berorientasi pada kasih terhadap sesama di dalam situasi yang unik dari orang yang kita kasihi itu. Dengan demikian, tidak ada tindakan yang ada pada dirinya dapat disebut baik dan jahat secara etis terlepas dari situasi. Nilai etis tidak terletak pada suatu tindakan objektif tetapi pada kasih yang subjektif.
            Yesus bukanlah seorang antonomian seperti yang mungkin digambarkan oleh Fletcher. Walaupun benar bahwa Ia bukan seorang yang legalistik. Yaitu, orang yang cenderung mempertuhankan hukum. Hukum, bagi Yesus, bukanlah Tuhan. Sebab itu ketaatanNya bukanlah kepada hukum sebagai instansi terakhir, tetapi kepada Tuhan sanga Pemberi Hukum.
            Yesus memandang manusia di dalam keterkaitannya dengan situasi unik dimana ia berada. Yesus bersedia untuk memahami situasi – situasi khusus dimana hukum yang obyektif tidak dapat begitu saja diterapkan menurut huruf.
            Fletcher mengatakan bahwa tidak ada tindakan yang pada dirinya jahat. Apapun motivasinya, seorang penjudi yang mengorbankan nasib seluruh keluarganya adalah jahat. Fletcher menolak pandangan bahwa kasih itu buta dan irasional. Tetapi kasih seperti dimengerti oleh Fletcher itulah yang membuat seluruh pandangan etikanya menjadi irasional.
            Etika motif. Suatu pendekatan filsafati yang disebut analisa linguistik. Menurut para pemikir analisa linguistik, pertengkaran yang tanpa akhir tentang persoalan – persoalan etis, sesungguhnya berpangkal pada kesalahaprahan bahasa.
            Sebuah pernyataan adalah kumpulan kata – kata yang mengandung makna. Pernyataan itu ada dua jenis. Yang satu menyangkut kebenaran adalah pernyataan yang proporsional. Artinya kita tahu bahwa yang dinyatakan itu benar, oleh karena ia dapat dibuktikan.
            Komitmen etis harus menyangkut perasaan. Tanpa perasaan dan hanya keyakinan intelektual saja, yang ada adalah prinsip – prinsip dan belum nilai – nilai. Memang tidak semua pemikir analisa linguistik mengatakan bahwa etika adalah sekedar masalah perasaan semata – mata. Sebuah aliran di dalam analisa linguistik yaitu disebut analisa bahasa sehari – hari (=ordinary language analysis) mengatakan bahwa etika adalah kedua – duanya, merupakan masalah keyakinan ( karena menyangkut kebenaran) dan juga masalah sikap ( dan karena itu menyangkut perasaan ).
            Keyakinan etis adalah masalah kebenaran dan bukan sekedar soal cita rasa. Kebenaran etis tidak dapat dibuktikan menurut hukum – hukum logika atau menurut prosedur penelitian ilmiah, ia tetap kebenran. Etika adalah soal sikap ( yang lahir dari perasaan) tetapi juga soal keyakinan (tentang benar dan salah). Etika adalah sikap dan keyakinan yang menjalin menjadi satu.


BAB VIII


ETIKA ADALAH AKAL


            Etika harus belajar dari ilmu psikologi. Lawrence Kohlberg mengingatkan bahwa etika bukanlah sesuatu yang statis. Bahwa yang benar dan yang baik itu relatif. Relatif dalam arti dan hubungan dengan jenjang perkembangan moral seseorang. Kohlberg sebenarnya juga hendak mengatakan bahwa kesadaran moral seseorang itu mencapai puncak perkembangannya ketika seseorang berani menjadi dirinya sendiri dan mengambil keputusan sebebas – bebasnya. Etika juga harus belajar dari ilmu sosiologi. Maksudnya adalah agar kita tidak terlalu cepat bermimpi seolah – olah mengambil keputusan etis dengan bebas adalah perkara gampang. Mary Douglas menambahkan bahwa tipe masyarakat dimana seseorang hidup akan amat menentukan norma – norma tentang apa yang benar dan yang baik.
            Setiap penilaian etis perlu memperhitungkan bukan saja perkembangan individual seseorang, tetapi juga lingkungan sosial, ekonomi dan budayanya. Joseph Fletcher dengan etika situasinya yang sempat menghebohkan itu, mengatakan bahwa patokan universal itu ada yaitu Hukum Kasih. Kasih merupakan patokan etis universal yang satu – satunya maka selain kasih tidak ada lagi patokan – patokan etis lain yang bersifat mutlak dan universal,
            Kognitif bukan emotif. Etika itu adalah soal akal bukan soal rasa. Mengambil keputusan etis dan melakukan penilaian etis adalah tindakan kognitif bukan emotif. Socrates pernah mencanangkan Gnothi Seauton artinya kenalilah dirimu sendiri. Menurut pemikir – pemikir etika kognitif, apa yang dianjurkan oleh Socrates itu adalah satu – satunya yang terpenting yang harus dilakukan oleh manusia yaitu berusaha untuk mengetahui dan mengenal. Dosa yang terbesar menurut Oscar Wilde adalah kebodohan yaitu ketika manusia tidak mau menggunakan akalnya.
            Orang yang bijaksana akan berusaha untuk mengetahui hukum – hukm kodrat yang berlaku. Hukum kodrat itu sudah ada dan terus berlaku. Akal tidak menciptakan hukum kodrat. Yang harus dilakukan oleh akal adalah menyingkapnya, mengenal dan merumuskannya.
            Hukum Kodrat. Tugas etika adalah merumuskan kaidah – kaidah bagi tindakan manusia agar sesuai dengan tata kodrati yang berlaku. Allah menciptakan alam semesta menurut maksud dan tujuan tertentu. Allah menciptakan manusia sebagai laki – laki dan perempuan. Tujuannya supaya manusia mempunyai keturunan. Melalui pengalaman dan pengamatan kita. Artinya dengan akal kita, kita merumuskan kesimpulan dari pengalaman kita.
            Implikasi etis adalah bahwa setiap tindakan manusia yang menyangkut seksualitas tidak boleh bertentangan dengan hukum kodrat itu. Tindakan etis yang benar dan yang baik adalah menjaga kesatuan, keseimbangan, dan keselarasan baik ke dalam maupun ke luar dirinya. Oleh sebab itu, yang benar dan yang baik itu tidak tetap dan mutlak.
            Alam semesta bukanlah sesuatu yang telah jadi melainkan terus menerus terlibat di dalam suatu proses untuk menjadi. Menurut teori evolusi, tidak ada satu jenis mahluk pun yang bersifat tetap. Manusia pun tidak. Secara evolusioner, ia berkembang dari jenis mahluk yang lain dan terus – menerus berkembang.
            Kecenderungan perkembangan ilmiah yang terakhir menunjukkan bahwa manusia sendirilah yang menentukan arah kemana ia bergerak. Tidak lagi hanya dikendalikan oleh hukum – hukum kodrat yang berada di luar dirinya. Hukum kodrat berlaku abadi dan tidak mungkin berubah berarti mengebiri sama sekali seluruh upaya ilmiah manusia. Persoalan – persoalan etis yang ada adalah persoalan – persoalan etis yang lama yang setiap kali muncul dan muncul kembali.
            Allah menciptakan sesuatu sambil meletakkan hukum dan kehendakNya untuk berlaku kekal selama – lamanya. Inilah yang disebut hukum kodrat. Dalam cara berfikir yang baru, alam ini terus menerus dibentuk oleh manusia. Alam tidak saja mencerminkan keagungan karya penciptaan Allah, tetapi juga mencerminkan keperkasaan kemampuan akal manusia. Tidak ada hukum kodrat yang tinggal ditemukan.
            Tiga Nilai Utama. Obyektivisme dengan begitu mengagungkan tiga nilai yang dianggapnya paling utama. Nilai yang pertama adalah kekal, sebab akal dianggap sebagai satu – satunya alat yang terbaik yang ada pada manusia untuk ada dan survive. Nilai yang kedua adalah tujuan yang jelas yaitu ada dan survive. Nilai yang ketiga adalah harga diri atau rasa percaya diri yaitu keyakinan dan kepastian pada diri sendiri bahwa saya mampu untuk berfikir dan pantas untuk tetap hidup.
            Bekerja keras secara produktif adalah titik temu dari tiga nilai utama. Ini merupakan tindakan etis yang paling mulia memanfaatkan akal semaksimal – semaksimal. Setiap orang adalah tujuan pada dirinya, bukan alat untuk yang lain sebab etika itu benar adalah etika yang egois. Mengorbankan diri sendiri adalah tindakan yang tidak etis. Mengorbankan diri sendiri berarti menjadikan diri sendiri sebagai alat belaka untuk mencapai nilai yang lain yang kita anggap lebih tinggi dan mulia.
            Pragmatisme. Bagi Rand alam adalah guru dan tuan yang hukum – hukumnya hanya harus ditaati bila mau bertahan hidup. Dewey setuju dengan Rand bahwa akal adalah alat yang paling utama dan paling baik yang ada pada manusia. Akal adalah alat untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan bahkan untuk mengendalikan serta mengarahkan. Pragma dalam bahasa Yunani artinya dalah tindakan sebab pragmatisme adalah filsafat yang menekankan tindakan. Tindakan etis adalah tindakan yang memanfaatkan akal semaksimal – maksimalnya agar dapat mengatasi lingkungan yang terus berubah.. Akal adalah alat terbaik satu – satunya yang dimiliki oleh manusia. Akal adalah problem-saving tool, alat pemecah persoalan yang paling ampuh dan satu – satunya.
            Mengambil keputusan etis harus berarti mengambil keputusan dengan memanfaatkan akal semaksimal – maksimalnya.


BAB IX


ETIKA KRISTEN


Etika Kristen mempunyai fungsi dan misi  yang khusus di dalam kehidupan manusia. Misinya ialah memberikan penuntun dan petunjuk tenatang bagaimana manusia sebagai pribadi maupun kelompok harus mengambil keputusan tentang apa yang seharusnya (what ought). Etika memberikan pertimbangan untuk mengambil keputusan. Etika kristen, tidak boleh menjadi ilmu yang mandeg yang terpaku pada satu keadaan dan jaman tertentu. Etika merupakan suatu ilmu yang dinamis yang harus selalu bergerak bersama jaman. Etika Kristen bukanlah pertama-tama mengutip ayat-ayat Alkitab atau pokok-pokok dogma untuk dijadikan bahan menjatuhkan vonis. Bahkan Etika Kristen juga, secara metodik, tidak dimulai dengan ayat-ayat Alkitab atau dogma Gereja. Anda perhatikan baik-baik. Bila Anda mau melakukan Etika Kristen, maka langkah yang pertama adalah: kenalilah seluruh konteks dan isi permasalahan yang Anda hadapi dengan selengkap mungkin. Etika adalah ilmu yang membahas  mengenai ” apa yang seharusnya” dilakukan oleh seseorang  atau sekelompok orang di dalam situasi tertentu. Langkah yang pertama dalam metode etis, seperti yang telah dikemukakan di atas, adalah untuk mendapatkan fakta dan data obyektif selengkap-lengkapnya (what is). Etika Konfisius, misalnya, akan menilai apa yang ada itu berdasarkan apa yang seharusnya menurut ajaran Konfusius. Etika Sartre menilai apa yang ada berdasarkan asunsi-asumsi dasar dari filsafat eksistensialisme. Dan dengan begitu, Etika Kristen juga menilai apa yang ada berdasarkan kepercayaan pokok iman kristiani.
Etika Kristen  tidak mengandung kebenaran yang hanya berlaku dan dapat diketahui sekelompok orang saja. Untuk dapat disebut ”etika”, ia harus mengandung kebenaran yang berlaku bagi semua orang, dan dapat diterima oleh semua orang. Etika Kristen ternyata bukanlah etika untuk orang Kristen. Etika Kristen sejak semula dipahami bukan sebagi etika yang esklusif dan partikularistis, maka yang penting harus dicatat ialah tentang bahasa dan penyajiannya. Subyektivisme dan relativisme akan membuat etika Cuma menjadi sumber kebalauan dan kebingungan baru. Bertentangan dengan tujuan yang pokok dan luhur yaitu menjadi penuntun tindakan manusia mengenai apa yang seharusnya.
Antropologi Kristen. Teologi sebenarnya sedikit mesti berkutub dua. Sesuai dengan namanya, kutub yang pertama dari teologi tentu saja Allah (=theos, bahasa Yunani). Teologi adalah logia atau logika tentang Allah. Subyek ( dan sekaligus objek) pembahasaan dari teologi adalah tentang Allah. Teologi adalah upaya manusia di dalam imannya untuk memahami, menjelaskan dan mengkomunikasikan penyataan Allah itu. Dengan demikian jelaslah, bahwa teologi adalah upaya manusia. Tetapi teologi sebenarnya juga berbicara tentang manusia dan ini adalah kutubnya yang kedua. Teologi sebenarnya dalam arti tertentu adalah anthropologi. Artinya adalah ketika Allah menyatakan diriNya maka yang terjadi ialah bukan saja bahwa ia hendak menyatakan siapa Dia, tetapi juga hendak menyatakan siapakah manusia sebenarnya – manusia kepada siapa Allah hendak melibatkan diri dalam dialog. Melalui teologilah, orang Kristen berusaha memahami, menjelaskan, dan mengkomunikasikan siapa manusia itu sebenarnya.
Manusia itu baik. Baik disini berarti baik ditinjau dari tiga dimensi yaitu individual, fungsional dan relasional. Baik secara individual, artinya pada dirinya ia baik, indah, dan berharga. Baik secra fungsional artinya ia dapat memenuhi fungsinya sesuai dengan maksud dan tujuan yang ditetapkan sang Pencipta. Baik secra relasional artinya semua dan setiap mahluk itu terjalin satu sama lain di dalam sistem relasi yang serasi, timbal-balik dan saling menunjang.
Manusia tetap adalah mahluk ciptaan. Ia berasal dan dibentuk dari debu. Etika Kristen harus bertitik-tolak pertama – tama kebaikan dan keistimewaan manusia sebagai gambar Allah. Setiap keputusan dan penilaian etis secara kristiani harus bersifat menghargai dan menghormati hakekat manusia yang istimewa ini.
Manusia itu berdosa. Ketidakbaikan bukan menjadi bagian yang eksistensial di dalam ciptaan, sebab Allah melihat semuanya itu baik. Manusia adalah mahluk. Ia bukan Allah. Itu berarti ia terbatas. Kebaikannya pun terbatas. Terbatas dalam arti dapat menjadi tidak baik. Hanya Allah yang kebaikkannya tanpa batas artinya tidak mungkin menjadi tidak baik. Kejatuhan manusia dalam dosa berarti bahwa potensial itu kini menjadi faktual. Kemungkinan telah menjadi kenyataan dan kenyataan itu mengikat selurh dan setiap manusia di sepanjang jaman dan si segala tempat. Sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang dan oleh dosa juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang karena semua orang telah berbuat dosa (Roma 5:12). Kejatuhan manusia juga mempunyai tiga dimensi yaitu individual, fungsional. Dan relasional. Individual artinya harkat dan martabat manusia secara perorangan telah jatuh. Fungsional artinya tingkah laku manusia bahkan perkataan dan jalan pemikirannya, tidak lagi sejalan dengan apa yang seharusnya. Relasional artinya dosa itu telah menyusup dan merasuk seluruh hubungan – hubungan manusiawi yang ada. Kejatuhan manusia memang berarti ia tak mampu lagi mengendalikan bahkan dirinya sendiri sekalipun. Kemauan, cita-cita, bahkan upaya yang terbaik pun tak pernah cukup. Yang dihasilkannya adalah kejahatan.
Manusia itu pendosa yang dibenarkan. Pemahaman yang realistis tentang manusia itu tercermin di dalam aspek yang ketiga di dalam antropologi Kristen yaitu bahwa manusia itu adalah pendosa yang ditebus dan dibenarkan oleh Allah di dalam dan melalui Yesus Kristus. Tapi iman kristiani kita mengatakan bahwa oleh anugerah di dalam Yesus Kristus dan melalui iman, manusia telah dibenarkan (justificatio) dan buah dari pembenaran ini adalah karunia Roh Kudus yang membawa manusia kepada pengudusan ( sanctificatio).
Implikasi Etis. Pertama mengatakan bahwa manusia adalah mahluk ciptaan dan gambar Allah yang baik berarti bahwa kebaikan eksistensi manusia bahkan seluruh ciptaan harus menjadi asumsi dasar positif dalam setiap pertimbangan dan penilaian etis kita. Kedua mengatakan bahwa manusia adalah mahluk ciptaan yang telah jatuh ke dalam dosa berarti bahwa kedosaan manusia dan rusaknya seluruh alam ciptaan harus menjadi asumsi dasar negatif dalam setiap pertimbangan dan penilaian etis kita. Ketiga mengatakan bahwa manusia yang pendosa itu telah dibenarkan dan dikuduskan berarti bahwa pergumulan etis kita selalu bergerak di antara kemungkinan dan keterbatasan.









BAB X


ASUMSI DASAR POSITIF


Asumsi dasar positif harus dapat dipertanggungjawabkan secara teologis alkitabiah. Ia merupakan kristalisasi dari asumsi – asumsi teologis yang paling pokok dan yang digali dari kesaksian Alkitab secara menyeluruh. Asumsi dasar positif ini harus dapat dipertanggungjawabkan menurut penalaran umum sehingga paling sedikit secara hipotetis ia dapat dipahami dan diterima secara universal. Asumsi dasar positif tidak boleh merupakan konsep – konsep yang parokhial, yang hanya berlaku dan dapat dipahami oleh sekelompok kecil orang. Menentukan asumsi dasar positif merupakan salah satu langkah terpenting di dalam etika sebab inilah yang akan menjasi tolak ukur segala sesuatu. Ada emapat hal yang akan disampaikan dalam Asumsi Dasar Positif yaitu 1. Bahwa eksistensi semua ciptaan itu baik
2. Bahwa kehidupan perorangan (individu) harus dihormati
3. Bahwa seluruh umat manusia itu satu
4. Bahwa semua orang itu sederajat


            Eksistensi semua ciptaan itu baik. Kasih dan keadilan Allah diwujudkan di dalam bentuk kelimpahan berkat Allah secara material artinya kesempatan dan kemungkinan untuk menikmati kebaikan ciptaan Allah. Tidak berarti bahwa kejahatan tidak dimungkinkan. Keterbatasan ciptaan berarti potensi untuk yang baik berubah menjadi tidak baik. Tetapi kebaikan dan kejahatan, menurut kesaksian Alkitab, tidak pernah mempunyai derajat ontologis yang sama artinya keduanya tidak pernah merupakan dua kekuatan yang setaraf dan sederajat. Kejahatan hanya mungkin ada oleh karena ada kebaikan. Ia merupakan sesuatu yang bertentangan dengan kebaikan. Secara umum dapat dikatakan bahwa asumsi dasar kita adalah bahwa semua tindakan manusia seharusnya mencerminkan dan mengaminkan kebaikan itu.
            Pertama, apabila keadaan memang benar – benar sudah tanpa harapan dan kemudian secra sadar dan sengaja seseorang melakukan tindakan yang tidak menyelamatkan siapa – siapa bahkan juga mengorbankan jiwanya sendiri maka tindakan ini sekalipun dapat kita sebut sebagai tindakan kepahlawanan yang gagah adalah tindakan yang bertentangan dengan Asumsi Dasar  Positif kita. ”Burden of proof” terletak pada tindakan ini. Kedua, kita harus memperhatikan motivasi tindakan ini. Apabila tindakan pendeta itu didorong oleh keyakinan bahwa hidupnya tak punya arti lagi tanpa istri dan ibunya dan oleh karena itu lebih baiklah bila ia mati bersama – sama mereka, tindakan ini pun harus kita katakan bertentangan dengan Asumsi Dasar Positif kita. Ketiga, apabila tindakan pendeta itu hanya didorong oleh keinginan menyelamatkan jiwa kedua kekasihnya, sekalipun sebagai akibat ia kehilangan jiwanya sendiri, tindakan ini tidak dapat kita katakan bertentangan dengan Asumsi Dasar Positif kita.
            Etika yang harus dikembangkan adalah sebuah etika sosial yang tidak terpusat dan berorientasi kepada kepentingan manusia saja tetapi yang berorientasi kepada seluruh dimensi kehidupan (life-centered ethics) yaitu bahwa kehidupan manusia dan kelestarian alam tidak lagi dilihat sebagai dua hal yang terpisah, tetapi dua segi yang saling tergantung satu sama lain.
            Hidup setiap individu harus dihormati. Asumsi Dasar Positif bahwa nilai kehidupan setiap orang harus dihormati dan oleh karena itu harus dilindungi. Itu berarti bahwa  hukuman mati juga untuk para kriminal besar apalagi apabila itu hanya oleh karena alasan – alasan politik adalah bertentangan dengan Asumsi Dasar Positif kita. Menghargai hidup individual juga harus berarti perlindungan dan perjuangan untuk kebebasan individual. Untuk dapat mempertahankan eksistensi, setiap masyarakat selalu mempunyai norma – norma dan setiap norma berarti adalah pembatasan. Tidak ada kebebasan yang tanpa batas. Seperti yang pernah dikatakan oleh Thomas Hobbes apabila kebebasan individual itu tidak dibatasi maka yang akan terjadi bukanlah kebebasan melainkan peperangan antara semua melawan semua (war of all against all). Pembatasan kebebasan individual itu tidak boleh menjadi tujuan pada dirinya. Pembatasan itu memang diperlukan dan oleh karena itu hanya dapat dibenarkan justru oleh karena melindungi kebebasan individual itulah.
            Seluruh Umat Manusia itu Satu. Manusia diciptakan sebagai pribadi. Hubungan pribadi antara seseorang dengan penciptanya sebenarnya dasar bagi hubungannya dengan sesama di dalam satu keluarga besar umat manusia. L Harold De Wolf dalam bukunya Responsible Freedom menekankan bahwa kasih harus dipahami sebagi penegasan dari kesatuan asasi seluruh umat manusia di dalam Allah. Mengatakan bahwa kesatuan umat manusia adalah Asumsi Dasar Positif berarti bahwa setiap hal yang merusak, mengancam bahkan membahatakan, kesatuan itu harus ditolak dengan tegas.
            Semua Orang itu Sederajat. Kesederajat semua orang juga dapat disimpulkan dari Asumsi Dasar Positif kita tentang kesatuan seluruh umat manusia sebab tidak ada kesatuan dan persekutuan dalam arti yang sesungguhnya tanpa kesamaan dan kesederajatan semua orang. Kesatuan antara atasan dan bawahan bukanlah kesatuan yang sebenarnya. Apabila ada kesamaan dan kesederajatan antara semua orang maka akan ada kesatuan dan persekutuan yang sejati dari seluruh umat manusia dan oleh karena itu segala bentuk diskriminasi yang didasari oleh suatu pendapat bahwa ada satu orang atau kelompok orang yang lebih tinggi atau lebih rendah dari yang lain harus kita tentang dan tolak. Kesamaan semua orang itu bukan saja harus kita akui secara formal dan prinsipal tetapi juga harus diwujudnyatakan secara kongkret dan eksistensial di dalam praktek hidup sehari – hari.  

No comments:

Post a Comment